Hikmah Isra’ Menumbuhkan Sikap Kesederhanaan
Hikmah Isra’ Menumbuhkan Sikap Kesederhanaan
الحمد لله . الحمد لله الّذى ارشد
العقول الى توحيده وهداها. واوضح أدلّة وحدانيته وجلاها. وابطل ببراهين الحقّ
شُبُه الباطل ومحاها. وثبت كلمة الايمان كما ثـبّت ا لأ رض بالجبـال وارشاها.
فسـبحان الّذى لايماثل ولا يضاهى. احمده سبحانه على نعم لا يتناهي. واشكره شكــر من عرف
نعــــمه فرعاها. وأشــــــهد ان لا اله إلاّ الله وحـــــــده لاشر يك له
شـــهادة من عرف معناها وعمــل ظاهرا وباطنا بمقتضــاها.واشهد انّ
سيدنا محمّدا عبده ورسوله خيارة الخليقة وأتقاها. نبي خصّه
الله باسمح الشّرائع واجلا ها. وترك امّته على محجّة البيضاء ليلها كضحاها. اللّهمّ صلىّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله
واصحابه الّذين عضّوا على سنّته وتمسّكــوا بعراها امّا بعـــد
Dengan bekal keyakinan dan keimanan,
marilah kita meminimalisir rasa takut kita, ketaqwaan kita sesunggguhnya kepada
Allah Rabbul Izzati dan kita lestarikan hingga ajal menjemput kita.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Perjalanan Nabi Muhammad
Saw dari Makkah ke Bayt al-Magdis, kemudian naik ke Sidrat al-Muntaha, bahkan
melampuinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu yang sangat singkat,
merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Qur'an disodorkan oleh Allah kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa ‘Ilmu dan Qudrat Allah meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi segala
yang ‘finite’ (terbatas) dan ‘infinite’ (tak terbatas) tanpa terbatas waktu dan ruang.
Banyak kaum empiris dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu,
tidak mempercayainya bahkan menggugat eksistensinya, karena tidak sesuai dengan
hukum-hukum alam, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika.
Dengan ini kita sebagai insan yang beriman pandekatan yang paling tepat dan
sederhana (tidak memerlukan teori-teori kajian ilmiah yang empiris dan
rasional) untuk dapat memahaminya adalah cukup dengan pendekatan “Imaniy”
sebagaimana yang ditempuh oleh sahabat nabi Abu Bakar Al Shiddiq, seperti
tergambar dalam ucapannya : ”Apabila Nabi Muhammad SAW yang memberitakannya, pastilah
benar adanya”. Dan jika keilmiahan yang dituntut, maka Al-Qur'an yang harus menjadi pusat rujukan / referensinya,
melalui pengamatan terhadap sistematika dan uraian Al-Qur'an tentang Isra’
Mi’raj.
Dalam kaitan tuntutan keilmiahan dalam memandang perirstiwa Agung Isra’ Mi’raj nabi Muhammad Saw. dapatlah kiranya dirumuskan kerangka berfikirnya dengan sistematika sebagai berikut:
Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu apapun menyatakan bahwa segala sesuatu
pasti ada penyebabnya. Sebagai pakar
Al-Qur'an, Imam al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam
Al-Qur'an adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya. Sedangkan inti
uraian satu surat difahami dari nama surat tersebut. Dengan demikian, maka pengantar
uraian peristiwa Isra’ Mi’raj adalah surat yang dinamai dengan sebutan Al-Nahl,
yang berarti “lebah” .
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa surat Al - Isra’ didahului oleh An - Nahl, mengapa lebah yang mengantarkannya? lebah dipilih oleh Allah untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya, agar menjadi pengantar keajaiban pembuat-Nya dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Lebah juga dipilih untuk menjadi pengantar bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya adalah “Manusia Mukmin” yang menurut Nabi Muhammad SAW adalah bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik, seperti bunga yang semerbak; tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik pula yaitu madu. Oleh karenanya hanya pendekatan “Imaniyah” yang lahir dari pribadi Mu’minlah yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dari sisi yang lainnya, surat Al-Isra’ berulang
kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus
diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut. Allah Swt. berfirman :
ويخلق مـــا لا تعلــــــمون . (النحل : 8
انّ الله يعـــلم وانتـــم لا
تعلـــمون . (النحل : 74
وما اوتيـــــتم من العـــــلم
إلاّ قلـــيلا . ا (الاسر أ : 85
Artinya : “Dia (Allah) menciptakan apa-apa (mahluk) yang kamu tidak
mengetahuinya. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit”. (QS. An Nahl Ayat: 8,74, Dan
Qs. Al-Isra' : 85).
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Itulah sebabnya, manusia harus mengambil
sikap sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Allah dengan firman-Nya :
ولا تقف ماليس لك به علم. انّ
السّمع والبصر والفؤاد كلّ أولئك كـــان عنه مســـئولا. ولا تــمش فى ا لارض
مرحــــا. انـــّك لن تخرق ا لأرض ولن تبـــلغ الجبـــال طولا (الاســر
اء: 36 – 37
Artinya : “Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggung jawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak
akan sampai setinggi gunung”. (QS. Al-Isra’ : 36 ,37)
Disamping itu, sebelum Al-Qur'an mengakhiri
pengantarnya tentang peristiwa Isra’ Mi’raj ini, digambarkannya bagaimana kelak
orang-orang yang tidak mempercayainya, dan bagaimana juga sikap yang harus
diambil nabi terhadap orag-orang yang mengingkarinya. Allah berfirman dalam surat Al Nahl : 127–128.
واصبر وما صبرك إلاّ بالله ولا تحز
ن عليهم. ولاتك من ضيق مماّ يمكــــرون. انّ الــله مــع الــّذين اتّقـــــــــوا
والــّذين هم محســــــنون. (النحل : 128 – 127
Artinya : “Bersabarlah
wahai Muhammad; tiadalah kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah.
Janganlah kamu bersedih hati terhadap (keingkaran) mereka. Janganlah pula kamu
bersempit dada terhadap apa-apa yang mereka tipu dayakan. Allah beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Yang lebih penting lagi untuk kita pertanyakan adalah : mengapa peristiwa Isra’
Mi’raj meski terjadi dalam sejarah perjalanan Nabi ? jawabnya adalah :
Al-Qur'an menekankan betapa pentingnya pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat beserta konsolidasinya. Dan hal ini mencapai klimaksnya
tergambar pada pribadi hamba Allah yang di Isra’ Mi’rajkan ini, yaitu Nabi
Muhammad SAW, serta nilai-nilai yang diterapkannya dalam masyarakat beliau.
Dalam surat Al Isra’ ditemukan banyak petunjuk untuk membina diri dan membangun
masyarakat. Sebagai “hikmah” peristiwa Isra’ Mi’raj itu sendiri antara lain :
Pertama, ditemukan petunjuk untuk melakukan sholat lima waktu,
dan juga sholat sunnah malam. Allah berfirman :
أقم الصلواة لدلوك الشّمس الى غسق
اللّيل وقر آن الفجر. انّ قر آن الفجر كان مشهودا. ومن اللّيل فتهجّد به نافلة لك
عسى أن يبعثك ربّك مقاما محـــمودا. (ا لا ســر اء : 79 – 78
Artinya : "Dirikanlah
sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula
sholat shubuh. Sesungguhnya sholat shubuh itu disaksikan oleh Malaikat”, dan
pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu : mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu pada derajat yang
terpuji”. (QS. AL Isra’ : 78 dan 79).
Dan “Sholat” ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj
ini. Sholat pada hakekatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia
seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia untuk mengejawantahkan diri
ketika berhubungan dengan kholiqnya Allah SWT. Sholat juga dibutuhkan oleh
masyarakat manusia, karena sholat dalam pengertiannya yang luas, merupakan
dasar-dasar pembangunan, terutama pembangunan diri dan kepribadian.
Kedua, petunjuk-petunjuk lain yang ditemukan
dalam rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, adalah
membangun manusia seutuhnya menuju masyarakat adil dan makmur. Dalam kaitan ini
Allah berfirman dalam Al- Qur’an surat Al-Isra ayat : 16 :
واذا أردنا أنّ نهــلك قر ية أمر
نا متر فيــها فحقّ علـيها القول فد مرنها تدمير ا (ا لا سر اء : 16
Artinya : “Jika kamu
hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang
hidup mewah dinegeri itu (supaya mereka mentaati Allah untuk hidup adil dalam
kesederhanaan), tetapi mereka durhaka; maka sudah sepantasnyalah berlaku bagi
terhadapnya ketentuan Kami kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya”.
Petunjuk hidup untuk bersikap “adil” dalam kesederhanaan dan larangan berfaham
individualisme, matrialisme, konsumerisme, dan membangun budaya “hedonisme”
kembali mendapatkan penekanan dalam beberapa ayat berikutnya. Allah berfirman :
وءآت ذا القــر بى آ حـــقّه و
المســـكين وابن الســـّبيل ولا تبذّر تبذير ا . انّ المبذّ رين كانوآ اخون
الشّيطـين وكــان الشـّيطان لر بّه كـفورا. (الاسر اء : 27 – 26
Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya orang yang hidup berlebihan
(boros) adalah saudara-saudara syaitan. Dan Syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra 26-27)
Dan Allah melanjutkan firman-Nya :
ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا
تبسطها كلّ البسط فتقعد ملــوما محســور ا. (الا سـر اء :
29
Artinya : “Dan janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu dalam lehermu, dan janganlah kamu
mengulurkannya seluas-luasnya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal".
(QS. Al-Isra 29)
Oleh karenanya, kita semua dan setiap orang hidup mestinya tetap dalam
kesederhanaan dan keseimbangan.
Bahkan kesederhanaan yang dituntut bukan hanya dalam bidang ekonomi saja,
tetapi juga dalam bidang ibadah. Hal ini tersirat dari adanya pengurangan
jumlah sholat dari lima puluh menjadi lima kali saja dalam sehari semalam. Juga
ditemukan petunjuk, dalam surat Al-Isra’ juga yakni yang berkenaan dengan suara
ketika melaksanakan sholat. Allah azza wa zalla berfirman :.
ولا تــجهر بصــلاتك ولا تـخــافت بها وابتغ بين ذلـك ســبيلا. (الاسر اء :
110
Artinya : “Janganlah
engkau mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan jangan pula merendahkannya,
tetapi carilah jalan tengah diantara keduanya”. (QS. Al-Isra 110)
Mengambil jalan tengah dalam setiap sikap hidup dan kehidupan, merupakan cermin
kehendak Tuhan yang menekankan betapa pentingnya
“Persatuan masyarakat seluruhnya”. Dengan demikian, masing-masing orang dapat
melaksanakan tugas hidup sebaik-baiknya, sesuai dengan bidang dan kemampuan dan
bidangnya, tanpa mempersoalkan agama, keyakinan, dan keimanan orang lain.Hal
ini sesuai dengan Firman Alloh Ta’alaa :
قل كلّ يعمل على شاكلته. فر بّكم
أعلم بمن هو أهدى سبيلا. (الا سر اء : 84
Artinya: “Hendaklah
tiap-tiap orang berkarya menurut bidang dan kemampuannya masing-masing. Tuhan
lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (Q.S. Al-Isra’: 84)
Akhirnya,dengan momentum peristiwa besar Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW, dengan
segala hikmahnya, marilah kita bangun kehidupan kita kembali dengan semangat
persatuan dan kesatuan, menumbuhkan sikap kesederhanaan, dan menjauhkan diri
dari gaya hidup glamor sebagai benih budaya Hedonisme. Semoga kita mampu
menangkap gejala dan menyuarakan keyakinan tentang adanya Ruh Intelektualitaas
yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Esa di alam semesta ini, serta mampu
merumuskan kebutuhan umat manusia untuk memuja-Nya, sekaligus mengabdi kepada –
Nya .Amiin 3X Yaa Robbal ‘Alamiin.
والله سبحانه وتعالى يقول وبقول يهتدى المهتدون . واذا قر ئ القرآن فاسـتمعواله وأنصــتوا لعلّكـــم ترحمــــون. اعوذ بالــله من الشّـــيطان الرّ جــــيم. يوم تـجــد كلّ نفس ماعملت من خير محضرا وما عملت من سوء تودّ لــو انّ بيــنها وبـــينه امدا بعــيدا. ويحــذّركم الله نفســه والله رءوف بالعباد. بارك الله لى ولكم فى القر آن العظيم. ونفعنى وايّا كم بما فيه من ا لأ يات والذّكر الحكيم. ا نّه تعالى جوّاد كــــــر يم رءوف رحــــــيم.
و السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
0 Response to "Hikmah Isra’ Menumbuhkan Sikap Kesederhanaan"
Posting Komentar