SIFAT KESEDERHANAAN RASULULLAH SAW
SIFAT KESEDERHANAAN RASULULLAH SAW
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله . الحمد لله الّذى ارشد العقول الى توحيده
وهداها. واوضح أدلّة وحدانيته وجلاها. وابطل ببراهين الحقّ شُبُه الباطل ومحاها. وثبت
كلمة الايمان كما ثـبّت ا لأ رض بالجبـال وارشاها. فسـبحان الّذى لايماثل ولا
يضاهى. احمده سبحانه على نعم لا يتناهي. واشكره شكــرمن عرف نعــــمه فرعاها.
وأشــــــهد ان لا اله إلاّ الله وحـــــــده
لاشر يك له شـــهادة من عرف معناها وعمــل ظاهرا وباطنا
بمقتضــاها. واشهد انّ سيدنا محمّدا عبده ورسوله خيارة الخليقة وأتقاها. نبي خصّه
الله باسمح الشّرائع واجلا ها. وترك امّته على محجّة البيضاء ليلها كضحاها. اللّهمّ صلىّ وسلّم على سيّدنا محمّد وعلى اله
واصحابه الّذين عضّوا على سنّته وتمسّكــوا بعراها. (امّا بعـــد)
فيــآأيّهاالنـــّاس اتّقوا الله تعالى فإنّ تقواه وقاية من عذابه. واحذروا
المعاصى فانها موجبات لغضب الرّبّ وأليـــــم عــــقابه.
HADIRIN JAMA’AH JUM’AH YANG BERBAHAGIA
Al – Hamdulillah, syukur yang setinggi-tingginya marilah senantiasa kita
sanjungkan kehadirat Allah Swt. dimana berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah
serta ‘Inayah-Nya, kita masih diberikan rizqi “umur panjang” masih dipertemukan
kembali dengan bulan yang agung, bulan yang mulia yakni “Syahrur Rajab Al
Mubaarak”. Bulan yang sangat baik untuk memperbanyak amal ibadah khususnya
berpuasa, bulan dimana di dalamnya terdapat sebuah malam yang menjanjikan
ganjaran sebagaimana pahalanya orang-orang yang jihad fi sabilillah bagi pelaku
kebajikan.
Dengan bekal keyakinan dan keimanan, marilah kita mendinamisir rasa takut kita,
ketaqwaan kita sesunggguhnya kepada Allah Rabbul Izzati dan kita lestarikan
hingga ajal menjemput kita.
HADIRIN JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH
Perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Bayt al-Magdis, kemudian naik ke
Sidrat al-Muntaha, bahkan melampuinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu
yang sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Qur'an disodorkan
oleh Tuhan kepada Umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa ‘Ilm dan Kudrat
Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi segala yang ‘finite’ (terbatas)
dan ‘infinite’ (tak terbatas) tanpa terbatas waktu dan ruang.
Banyak kaum empiris dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu,
tidak mempercayainya bahkan menggugat eksistensinya, karena tidak sesuai dengan
hukum-hukum alam, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika.
Dengan ini kita sebagai insan yang beriman pandekatan yang paling tepat dan
sederhana (tidak memerlukan teori-teori kajian ilmiah yang empiris dan
rasional) untuk dapat memahaminya adalah cukup dengan pendekatan “Imaniy”
sebagaimana yang ditempuh oleh sahabat nabi Abu Bakar Al Shiddiq, seperti
tergambar dalam ucapannya : ”apabila Muhammad yang memberitakannya, pastilah
benar adanya”. Dan jika keilmiahan yang dituntut, maka Al-Qur'anlah yang harus
menjadi pusat rujukan / referensinya, melalui pengamatan terhadap sistematika
dan uraian Al-Qur'an tentang Isra’ Mi’raj.
Dalam kaitan tuntutan keilmiahan dalam memandang perirstiwa Agung Isra’ dan
Mi’raj nabi Muhammad Saw. dapatlah kiranya dirumuskan kerangka berfikirnya
dengan sistematika sebagai berikut :
Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu apapun menyatakan bahwa segala sesuatu
pasti memiliki pendahuluan yang mengantar atau menyebabkannya. Sebagai pakar
Al-Qur'an, Imam al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam
Al-Qur'an adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya. Sedangkan inti
uraian satu surat difahami dari nama surat tersebut. Dengan demikian, maka pengantar
uraian peristiwa Isra’ Mi’raj adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan
Al-Nahl, yang berarti “lebah”
HADIRIN SIDANG JUM’AH YANG DIMULIAKAN ALLAH
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa surat Al - Isra’ didahului oleh
An - Nahl, mengapa lebah yang mengantarkannya ? lebah dipilih oleh Tuhan untuk
menggambarkan keajaiban ciptaan Nya, agar menjadi pengantar keajaiban pembuat
Nya dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Lebah juga dipilih untuk menjadi pengantar
bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya adalah
“Manusia Mukmin” yang menurut Nabi Muhammad Saw adalah bagaikan lebah, tidak
makan kecuali yang baik dan indah, seperti kembang yang semerbak; tidak
menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna, seperti madu yang
dihasilkan lebah itu. Oleh karenanya hanya pendekatan “Imaniy” yang lahir dari
pribadi Mu’minlah yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj.
Dari segi lain, dalam surat Al - Isra’ sendiri, berulang kali ditegaskan
tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya
menyangkut keterbatasan tersebut.
Allah Swt. berfirman :
ويخلق مـــا لا تعلــــــمون . (النحل : 8
انّ الله يعـــلم وانتـــم لا تعلـــمون . (النحل : 74
وما اوتيـــــتم من العـــــلم إلاّ قلـــيلا . ا (الاسر أ : 85
Artinya : “Dia (Allah) menciptakan apa-apa (mahluk) yang kamu tidak
mengetahuinya. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit”. (QS. An Nahl Ayat: 8,74, Dan
Qs. Al-Isra' : 85).
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Itulah sebabnya, manusia harus mengambil
sikap sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Allah dengan firman-Nya :
ولا تقف ماليس لك به علم. انّ السّمع والبصر والفؤاد كلّ
أولئك كـــان عنه مســـئولا. ولا تــمش فى ا لارض مرحــــا. انـــّك لن تخرق
ا لأرض ولن تبـــلغ الجبـــال طولا.(الاســر اء: 36 – 37
واصبر وما صبرك إلاّ بالله ولا تحز ن عليهم. ولاتك من
ضيق مماّ يمكــــرون. انّ الــله مــع الــّذين اتّقـــــــــوا والــّذين هم
محســــــنون. (النحل : 128 – 127
Artinya : “Bersabarlah wahai Muhammad; tiadalah
kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati
terhadap (keingkaran) mereka. Janganlah pula kamu bersempit dada terhadap
apa-apa yang mereka tipu dayakan. Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan
orang-orang yang berbuat kebajikan”.
HADIRIN JAMA’AH JUM’AH YANG BERBAHAGIA
Yang lebih penting lagi untuk kita pertanyakan adalah : mengapa peristiwa Isra’
Mi’raj meski terjadi dalam sejarah perjalanan Nabi ? jawabnya adalah :
Al-Qur'an menekankan betapa pentingnya pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat beserta konsolidasinya. Dan hal ini mencapai klimaksnya
tergambar pada pribadi hamba Allah yang di Isra’ Mi’rajkan ini, yaitu Nabi
Muhammad Saw, serta nilai-nilai yang diterapkannya dalam masyarakat beliau.
Dalam surat Al Isra’ ditemukan banyak petunjuk untuk membina diri dan membangun
masyarakat. Sebagai “hikmah” peristiwa Isra’ Mi’raj itu sendiri antara lain :
Pertama, ditemukan petunjuk untuk melakukan sholat lima waktu, dan juga sholat
sunnah malam. Allah berfirman :
أقم الصلواة لدلوك الشّمس الى غسق اللّيل وقر آن الفجر.
انّ قر آن الفجر كان مشهودا. ومن اللّيل فتهجّد به نافلة لك عسى أن يبعثك ربّك
مقاما محـــمودا. (ا لا ســر اء : 79 – 78
Artinya : "Dirikanlah sholat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula sholat shubuh.
Sesungguhnya sholat shubuh itu disaksikan oleh Malaikat”, dan pada sebagian
malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu
: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu pada derajat yang terpuji”. (QS. AL
Isra’ : 78 dan 79).
Dan “Sholat” ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj
ini. Sholat pada hakekatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia
seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia untuk mengejawantahkan diri
ketika berhubungan dengan kholiqnya Allah Swt. Sholat juga dibutuhkan oleh
masyarakat manusia, karena sholat dalam pengertiannya yang luas, merupakan
dasar-dasar pembangunan, terutama pembangunan diri dan kepribadian. Sehingga
merupakan tanda bagi kebejatan akhlak dan kerendahan moral, apabila seseorang
datang menghadapkan dirinya kepada Tuhan hanya pada saat ia dideskoleh
kebutuhannya.
Ke – dua, petunjuk-petunjuk lain yang ditemukan
dalam rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, adalah
membangun manusia seutuhnya menuju masyarakat adil dan makmur. Dalam kaitan ini
Allah berfirman dalam Al- Qur’an surat Al-Isra ayat : 16 :
واذا أردنا أنّ نهــلك قر ية أمر نا متر فيــها فحقّ
علـيها القول فد مرنها تدمير ا (
ا لا سر اء : 16
Artinya : “Jika kamu hendak membinasakan suatu
negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu
(supaya mereka mentaati Allah untuk hidup adil dalam kesederhanaan), tetapi
mereka durhaka; maka sudah sepantasnyalah berlaku bagi terhadapnya ketentuan
Kami kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.
Petunjuk hidup untuk bersikap “adil” dalam kesederhanaan dan larangan berfaham
individualisme, matrialisme, konsumerisme, dan membangun budaya “hedonisme”
kembali mendapatkan penekanan dalam beberapa ayat berikutnya. Allah berfirman :
وءآت ذا القــر بى آ حـــقّه و المســـكين وابن
الســـّبيل ولا تبذّر تبذير ا . انّ المبذّ رين كانوآ اخون الشّيطـين وكــان
الشـّيطان لر بّه كـفورا. (الاسر اء : 27 – 26
Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya orang yang hidup berlebihan (boros) adalah saudara-saudara syaitan. Dan Syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra 26-27)
Dan Allah melanjutkan firman-Nya :
ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها كلّ البسط فتقعد ملــوما محســور ا. (الا سـر اء : 29
Artinya : “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu dalam lehermu, dan janganlah kamu mengulurkannya seluas-luasnya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal". (QS. Al-Isra 29)
Oleh karenanya, kita semua dan setiap orang hidup mestinya tetap dalam
kesederhanaan dan keseimbangan.
Bahkan kesederhanaan yang dituntut bukan hanya dalam bidang ekonomi saja,
tetapi juga dalam bidang ibadah. Hal ini tersirat dari adanya pengurangan
jumlah sholat dari lima puluh menjadi lima kali saja dalam sehari semalam. Juga
ditemukan petunjuk, dalam surat Al-Isra’ juga yakni yang berkenaan dengan suara
ketika melaksanakan sholat. Allah azza wa zalla berfirman :.
ولا تــجهر بصــلاتك ولا تـخــافت بها وابتغ بين ذلـك ســبيلا. (الاسر اء :
110
Artinya : “Janganlah engkau mengeraskan suaramu
dalam sholatmu dan jangan pula merendahkannya, tetapi carilah jalan tengah
diantara keduanya”. (QS. Al-Isra 110)
Mengambil jalan tengah dalam setiap sikap hidup dan kehidupan, merupakan cermin
kehendak Tuhan yang menekankan betapa pentingnya
“Persatuan masyarakat seluruhnya”. Dengan demikian, masing-masing orang dapat
melaksanakan tugas hidup sebaik-baiknya, sesuai dengan bidang dan kemampuan dan
bidangnya, tanpa mempersoalkan agama, keyakinan, dan keimanan orang lain.Hal
ini sesuai dengan Firman Alloh Ta’alaa :
قل كلّ يعمل على شاكلته. فر بّكم أعلم بمن هو أهدى
سبيلا. (الا سر اء : 84
Artinya: “Hendaklah tiap-tiap orang berkarya menurut
bidang dan kemampuannya masing-masing. Tuhan lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya”. (Q.S. Al-Isra’: 84)
Akhirnya,dengan momentum peristiwa besar Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW, dengan segala hikmahnya, marilah kita bangun kehidupan kita kembali dengan semangat persatuan dan kesatuan, menumbuhkan sikap kesederhanaan, dan menjauhkan diri dari gaya hidup glamor sebagai benih budaya Hedonisme. Semoga kita mampu menangkap gejala dan menyuarakan keyakinan tentang adanya Ruh Intelektualitaas yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Esa di alam semesta ini, serta mampu merumuskan kebutuhan umat manusia untuk memuja-Nya, sekaligus mengabdi kepada – Nya .Amiin 3X Yaa Robbal ‘Alamiin.
والله سبحانه وتعالى يقول وبقول يهتدى المهتدون . واذا
قر ئ القرآن فاسـتمعواله وأنصــتوا لعلّكـــم ترحمــــون. اعوذ بالــله من
الشّـــيطان الرّ جــــيم. يوم تـجــد كلّ نفس ماعملت من خير محضرا وما عملت من
سوء تودّ لــو انّ بيــنها وبـــينه امدا بعــيدا. ويحــذّركم الله نفســه والله
رءوف بالعباد. بارك الله لى ولكم فى القر آن العظيم. ونفعنى وايّا كم بما فيه من ا
لأ يات والذّكر الحكيم. ا نّه تعالى جوّاد كــــــر يم رءوف رحــــــيم.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
0 Response to "SIFAT KESEDERHANAAN RASULULLAH SAW"
Posting Komentar